KEPRIBADIAN
Zulaeni Esita
Dosen Psikologi, Universitas Muhammadiyah Kendari
Kata kepribadian sudah seringkali terlempar dari bibir kita ketika berbicara. Kata ini bukan kata asing lagi sebenarnya, hampir dari kita sudah pernah mengucapkan kata ini. Namun, apakah kata yang kita ucapkan itu sudah kita pahami maknanya? Nah, ditulisan ini kita akan mengenal apa itu kepribadian.
Teori kepribadian memang lebih dalam di bahas pada kajian Psikologi. Dalam Psikologi, teori kepribadian mampu memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tentang apa, bagaimana, dan mengapa, terhadap suatu perilaku manusia. Seperti apa manusia?; Bagaimana manusia berperilaku?; dan Mengapa manusia melakukan itu?.
Pertanyaan APA diatas umumnya menunjuk pada karakteristik individu dan cara mereka mengatur hubungan yang satu dan yang lain. Apakah seseorang tersebut terbuka, tekun, atau memiliki motivasi berprestasi yang tinggi. Pertanyaan BAGAIMANA biasanya mengarah pada faktor-faktor penentu kepribadian seseorang, seperti: peran dari bawaan dan lingkungan serta interaksinya dalam membentuk perilaku.
Pertanyaan MENGAPA merujuk pada alasan-alasan atau sebab dari perilaku yang dilakukan oleh individu.
Kata kepribadian atau dalam Bahasa Inggris disebut personality berasal dari Bahasa Latin yaitu Persona yang berarti topeng. Topeng digunakan untuk memainkan peran atau penampilan palsu. Makna personality merupakan sesuatu yang lebih dari sekedar peran yang dimainkan seseorang. Berbicara tentang kepribadian, kita tidak bisa merujuk pada satu definisi saja karena tidak ada definisi tunggal kepribadian. Kepribadian merupakan hal yang kompleks dan bisa ditinjau dari berbagai pandangan para tokoh. Dalam tulisan ini kita akan melihat beberapa pandangan tentang kepribadian dari Maslow, Rogers, Sullivan, Adler, dan Erikson.
1. Teori Kepribadian menurut Maslow
Teori umum dari Abraham Maslow mempunyai beberapa sebutan, seperti: teori humanistik, teori transpersonal, kekuatan ketiga dalam psikologi, kekuatan keempat dalam kepribadian, teori kebutuhan, dan teori aktualisasi diri.
Akan tetapi, Maslow menyebutnya sebagai teori holistik - dinamis karena teori ini menganggap bahwa keseluruhan dari seseorang terus menerus termotivasi oleh satu atau lebih kebutuhan dan bahwa orang mempunyai potensi untuk tumbuh menuju kesehatan psikologis yaitu aktualisasi diri.
Untuk meraih aktualisasi diri, seseorang harus memenuhi kebutuhan-kebutuhan di level yang lebih rendah seperti, kebutuhan akan lapar, keamanan, cinta, dan harga diri.
|
sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Abraham_Maslow.jpg |
“Hanya setelah orang merasa cukup puas pada masing-masing dari kebutuhan-kebutuhan ini, maka mereka bisa mencapai aktualisasi diri”
Teori-teori dari Maslow, Gordon Allport, Carl Rogers, Rollo May, dan lainnya kadang disebut sebagai kekuatan ketiga dalam Psikologi. Kekuatan pertama dalam Psikologi adalah psikoanalisis dan modifikasinya. Sedangkan kekuatan kedua dalam Psikologi adalah behaviorisme dan beragam bentuknya.
Maslow mempelajari Interpretasi mimpi dari Freud (psikoanalisis) dan meneliti primata yg teorinya sangat dipengaruhi oleh Watson (behaviorisme). Hanya saja, Maslow mengkritik 2 teori sebelumnya yaitu psikoanalisis dan behaviorisme. Menurutnya, kedua teori tersebut terbatas dalam hal memahami humanisme dan pemahaman kedua teori ini yg kurang tepat mengenai seseorang yg sehat secara psikologis. Maslow percaya bahwa manusia mempunyai ciri-ciri yang lebih tinggi daripada yang diungkapkan, baik itu oleh teori psikoanalisis maupun behaviorisme dan Maslow menghabiskan tahun-tahun terakhir masa hidupnya untuk berusaha menemukan ciri-ciri dari individu-individu yg sehat secara psikologis.
Teori kepribadian Maslow dibuat berdasarkan beberapa asumsi dasar mengenai motivasi, yaitu:
- Pendekatan menyeluruh pada motivasi. Yaitu keseluruhan dari seseorang bukan hanya satu bagian atau fungsi;
- Motivasi biasanya kompleks atau terdiri dari beberapa hal yang berarti bahwa tingkah laku seseorang dapat muncul dari beberapa motivasi yg terpisah;
- Bahwa orang-orang berulang kali termotivasi oleh kebutuhan-kebutuhan. Ketika sebuah kebutuhan terpenuhi, biasanya kebutuhan tersebut berkurang kekuatan untuk memotivasinya dan digantikan oleh kebutuhan lain.
Asumsi lain dari Maslow tentang motivasi adalah bahwa semua orang dimanapun termotivasi oleh kebutuhan dasar yang sama. Dan bahwa motivasi merupakan kebutuhan-kebutuhan yang dapat dibentuk menjadi sebuah hierarki.
Konsep hierarki kebutuhan yang diungkapkan oleh Maslow beranggapan bahwa kebutuhan-kebutuhan di level rendah harus terpenuhi atau paling tidak cukup terpenuhi terlebih dahulu sebelum kebutuhan-kebutuhan di level tinggi menjadi hal yang memotivasi.
Kebutuhan - kebutuhan tersebut, yang Maslow sering sebut sebagai kebutuhan-kebutuhan dasar dapat dibentuk menjadi sebuah hierarki atau tangga dimana anak tangga menggambarkan kebutuhan yang lebih tinggi, tetapi bukan merupakan kebutuhan untuk bertahan hidup. Kebutuhan-kebutuhan di level rendah mempunyai prapotensi atau kekuatan yang lebih besar dibandingkan kebutuhan-kebutuhan di level lebih tinggi. Dengan demikian, kebutuhan-kebutuhan di level rendah ini harus terpenuhi atau cukup terpenuhi terlebih dahulu sebelum kebutuhan-kebutuhan di level lebih tinggi bisa aktif. Contohnya, seseorang yang termotivasi untuk mendapatkan penghargaan atau aktualisasi diri harus terlebih dahulu terpenuhi kebutuhan akan makanan dan keamanannya. Oleh karena itu, rasa lapar dan keamanan mempunyai prapotensi terhadap penghargaan maupun aktualisasi diri.
Maslow mengungkapkan kebutuhan-kebutuhan berikut ini berdasarkan prapotensi dari masing-masing : fisiologis (physiological), keamanan (safety), cinta & keberadaan (love & belongingness), penghargaan (esteem), dan aktualisasi diri (self-actualization)
2. Teori Kepribadian menurut Rogers
|
Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Carl_Ransom_Rogers.jpg |
Carl Rogers dikenal sebagai pencetus terapi yang berpusat pada klien (client center therapy). Selain itu, ia juga mengembangkan teori kepribadian humanistik yang tumbuh dari pengalamannya sebagai praktisi psikoterapi. Seperti kebanyakan pakar teori kepribadian, Rogers membangun teorinya berdasarkan landasan yang diperolehnya sebagai terapis. Rogers secara berkesinambungan melakukan penelitian untuk mendukung teori perkembangannya maupun pendekatan terapinya. Walaupun Ia memformulasikan teori kepribadian namun ia tidak terlalu nyaman dengan gagasan tentang teori. Secara pribadi ia lebih memilih untuk fokus menjadi pemberi bantuan kepada manusia dan bukan sebagai pembuat teori.
Rogers mengajukan 2 asumsi dasar dalam teorinya yaitu:
- Kecenderungan Formatif
- Kecenderungan Aktualisasi
Kecenderungan formatif berevolusi dari bentuk yang sederhana menjadi bentuk yang lebih kompleks. Sedangkan kecenderungan aktualisasi merupakan kecenderungan setiap manusia untuk bergerak menuju keutuhan atau pemuasan dari potensi. Contoh : Memuaskan diri dari rasa lapar.
3. Teori Kepribadian menurut Sullivan
Sullivan memiliki nama lengkap Harry Stack Sullivan. Ia adalah orang Amerika. Dasar pemikirannya adalah ia percaya bahwa manusia mengembangkan kepribadian mereka dalam konteks sosial.
|
Sumber: https://virtualpsychcentre.com/harry-stack-sullivans-interpersonal-theory/ |
Menurutnya, bahwa manusia tanpa orang lain berarti manusia itu tidak punya kepribadian. Lebih jauh, Ia berpendapat bahwa: “sebuah kepribadian tidak akan dapat terpisahkan dari hubungan interpersonal kompleks dimana seseorang itu hidup dan memiliki keberadaannya”. Teorinya dikenal juga sebagai teori interpersonal.
Teori interpersonal Sullivan menekankan pentingnya ragam tahapan perkembangan yang meliputi: masa bayi, kanak-kanak, juvenie, praremaja, remaja awal, remaja akhir, dan dewasa.
Teori ini berpandangan bahwa perkembangan manusia yang sehat bergantung pada kemampuan manusia itu untuk mencapai keintiman dengan orang lain, hanya saja kecemasan bisa menggagalkan hubungan interpersonal yang memuaskan pada usia berapapun manusia itu berada.
Sullivan percaya bahwa manusia dapat mencapai perkembangan yang sehat jika mereka mampu merasakan keintiman dan gairah terhadap orang lain yang sama.
4. Teori Kepribadian menurut Adler
Adler memperkenalkan Psikologi Individual. Psikologi individual menggambarkan pandangan optimis akan manusia yang bersandar pada gagasan minat sosial (social interest), yaitu perasaan menyatu dengan semua umat manusia. Pandangan Adler ini berbeda dengan pandangan Freud. Beberapa perbedaan pandangan antara Freud dan Adler.
Freud mereduksi semua motivasi menjadi seks dan agresi, sedangkan Adler melihat manusia lebih banyak dimotivasi oleh pengaruh sosial dan oleh perjuangan mereka untuk mencapai superioritas atau keberhasilan.
Freud berasumsi bahwa manusia mempunyai sedikit pilihan atau tidak mempunyai pilihan sama sekali dalam membentuk kepribadian mereka, sedangkan Adler percaya bahwa manusia mempunyai tanggung jawab besar akan siapa diri mereka.
Asumsi Freud bahwa perilaku saat ini disebabkan oleh pengalaman masa lalu, berlawanan dengan asumsi Adler yaitu perilaku saat ini dibentuk oleh pandangan manusia akan masa depan.
Freud sangat menekankan komponen ketidaksadaran dalam perilaku, Adler percaya bahwa manusia yang sehat secara psikologis biasanya sadar dengan apa yang mereka lakukan dan mengapa mereka melakukannya.
|
Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Alfred_Adler.jpg |
Alfred Adler lahir pada tanggal 07 Februari 1870 di Rudolfsheim, sebuah desa dekat Wina. Ibunya, Pauline adalah ibu rumah tangga, memiliki tujuh anak. Ayahnya, Leopold adalah pedagang gandum kelas menengah dari Hungaria. Sejak kecil, Adler adalah anak yang lemah dan sakit-sakitan, bahkan saat umur 5 tahun ia hampir meninggal dunia karena radang paru-paru. Adler kecil bermain seluncur es dengan anak laki-laki yang lebih tua yang kemudian meninggalkan Alfred sendirian.
Ia kedinginan dan menggigil, namum Adler berhasil menemukan jalan pulang dan ia segera jatuh tertidur di sofa ruang tamu. Ketika Adler mulai sadar, ia mendengar dokter berkata pada orangtuanya, “jangan repot-repot. Anak ini sudah meninggal”. Pengalamannya ini dan juga pengalaman akan kematian adik laki-lakinya, memotivasi Adler untuk menjadi seorang dokter.
Kesehatan Adler yang memburuk sangat berlawanan dengan kesehatan kakak laki-lakinya Sigmund Adler. Beberapa ingatan masa kecil Adler berhubungan dengan persaingan yang tidak menyenangkan antara kesehatan kakaknya yang baik dan penyakit Adler. Sigmund Adler, saingan masa kecil yang ingin dikalahkan Adler, tetap menjadi saingannya yang berharga.
Beberapa tahun kemudian, Sigmund mencapai kesuksesan dalam bisnis bahkan membantu keuangan Adler. Akan tetapi, menurut cerita yang ada , Adler lebih terkenal daripada Sigmund Adler.
Seperti banyak anak urutan kedua lainnya, Alfred Adler melanjutkan persaingan dengan kakaknya sampai usia tengah baya. Ia pernah mengatakan pada penulis biografinya, “Kakak laki-lakiku adalah pengusaha yang baik -- Ia selalu berada di depanku...... dan ia masih tetap di depanku!”
Kehidupan Freud dan Adler punya kesamaan yang menarik. Kedua pria ini berasal dari orangtua Yahudi Wina kelas menengah atau menengah ke bawah namun mereka tidak ada yang religius.
Akan tetapi, Freud lebih sadar akan darah Yahudinya dibandingkan Adler dan mempercayai bahwa dirinya dianiaya karena latar belakang Yahudinya. Disisi lain Adler tidak pernah menyatakan dirinya diperlakukan tidak baik dan pada tahun 1904, ketika masih menjadi anggota lingkaran dalam Freud, ia pernah beralih keyakinan menjadi Protestanisme. Walaupun terjadi perubahan keyakinan, ia tidak mempunyai pendirian religius yang dalam dan sesungguhnya ia sebenarnya adalah seorang agnostik (orang yang berpandangan bahwa kebenaran tertinggi/Tuhan tidak dapat diketahui dan mungkin tidak dapat diketahui).
Adler punya adik laki-laki yang meninggal ketika masih bayi. Pengalaman awal ini sangat mempengaruhi Adler. Ia mempunyai alasan yang lebih kuat untuk trauma atas kematian adiknya Rudolf. Saat berumur 4 tahun, di suatu pagi Adler mendapati adiknya meninggal di tempat tidur di sebelahnya. Bukannya merasa ketakutan atau merasa bersalah, Adler menilai pengalaman ini, sama dengan pengalamannya sendiri yang hampir meninggal karena radang paru-paru, sebagai tantangan untuk mengalahkan kematian. Jadi pada umur lima tahun, ia memutuskan bahwa tujuan hidupnya adalah untuk menaklukkan kematian. Oleh karena, ilmu kedokteran menawarkan kemungkinan untuk mencegah kematian, pada usia yang masih muda , Adler memutuskan untuk menjadi seorang dokter.
Pengalaman Adler kecil ini berbeda dengan pengalaman Freud. Freud juga memiliki pengalaman memiliki adik yang meninggal dunia tetapi Freud menanggapi pengalamannya itu berbeda dengan Adler. Freud pada saat adiknya meninggal ia berharap dengan tidak sadar untuk kematian saingannya dan ketika bayi Julius (adik Freud) benar-benar meninggal, ia dipenuhi rasa bersalah dan menyalahkan dirinya sendiri, kondisi ini berlangsung hingga ia dewasa. Freud dikelilingi oleh keluarga besar, termasuk tujuh adik laki-laki dan perempuan, dua kakak tiri yang sudah dewasa, serta seorang ponakan laki-laki dan perempuan yang umurnya sebaya dengan dirinya. Freud terikat secara emosional dengan orangtuanya terutama ibunya daripada dengan anggota keluarga lainnya.
Sebaliknya, Adler lebih tertarik dengan hubungan sosial dan saudara-saudara kandungnya juga teman-temannya yang mempunyai peran penting dalam perkembangan masa kecilnya. Adler lebih nyaman dalam situasi kelompok. Adler menjadi dokter di tahun 1895. Karena ia adalah warga Hungaria, ia harus mengikuti wajib militer di ketentaraan Hungaria. Setelah itu ia melanjutkan pendidikannya di Wina, Austria dan menjadi warga Austria 1911. Ia lalu membuka praktek sebagai spesialis mata kemudian ia menghentikan prakteknya dan beralih ke psikiatri.
Adler pernah diundang oleh Frued untuk mendiskusikan tentang Psikologi dan Neuropatologi bersama tiga dokter lainnya. Kelompok ini dikenal sebagai Wednesday Psyclogical Society. Walaupun Adler pernah berdiskusi bersama Freud tetapi hubungan interpersonal mereka kurang baik. Adler menganggap bahwa psikoanalisis seharusnya lebih luas daripada pandangan Freud tentang seksualitas kanak-kanak. Ia menganggap bahwa superioritas lebih sesuai sebagai motivasi dasar daripada seksualitas. Oktober 1911 Adler mengundurkan diri dari organisasi psikoanalisis dan mendirikan organisasi Society for Individual Psychology.
Adler mengusulkan bahwa minat sosial dan belas kasihan seharusnya menjadi landasan dari motivasi manusia (perubahan penting dalam teorinya yang dipengaruhi oleh peristiwa-peristiwa yang terjadi selama perang dunia I ). Adler menikah dengan wanita Rusia yang feminis, yaitu Raissa Epstein di tahun 1897 dan memiliki 4 orang anak. Adler meninggal di tahun 1937 karena serangan jantung.
Sebenarnya Adler sangat berpengaruh besar terhadap teoritikus-teoritikus selanjutnya seperti Harry Stack Sullivan, Karen Horney, Julian Rotter, Abraham H. Maslow, Carl Rogers,Albert Ellis, Rollo May dan sebagainya, hanya saja namanya kurang dikenal dibandingkan dengan Freud atau Carl Jung.
Asumsi teori Adler bahwa “manusia lahir dengan tubuh yang lemah dan inferior --- suatu kondisi yang mengarah pada perasaan inferior sehingga mengakibatkan ketergantungan pada orang lain. Oleh karena itu, perasaan menyatu dengan orang lain (minat sosial) sudah menjadi sifat manusia dan merupakan standar akhir untuk kesehatan psikologis. ”
Asumsi dasar Psikologi Individual :
- kekuatan dinamis dibalik perilaku manusia adalah berjuang untuk meraih keberhasilan atau superioritas (striving for success or superiority)
- persepsi subjektif (subjective perception) manusia membentuk perilaku dan kepribadiannya
- kepribadian itu menyatu (unified) dan konsisten diri (self-consistent)
- nilai dari semua aktivitas manusia harus dilihat dari sudut pandang minat sosial (social interest)
- struktur kepribadian yang self-consistent berkembang menjadi gaya hidup (style of life) seseorang
- gaya hidup dibentuk oleh daya kreatif (creative power) manusia
Striving for success or superiority menjelaskan bahwa manusia didorong oleh kekuatan tunggal --- berjuang untuk meraih keberhasilan atau superioritas. Individu dikendalikan oleh tujuan akhir, entah itu untuk superioritas pribadi atau keberhasilan untuk umat manusia. Tujuan akhir manusia adalah mengurangi rasa sakit akibat perasaan inferior dan mengarahkan orang tersebut baik kepada superioritas atau keberhasilan. Daya juang -- merupakan bawaan, arah dan sifatnya ditentukan oleh perasaan inferior dan tujuan untuk meraih keberhasilan. Tanpa perasaan inferior, individu tdk akan pernah menetapkan tujuan untuk meraih superioritas/keberhasilan.
Subjective perception menerangkan bahwa “persepsi subjektif seseorang membentuk perilaku dan kepribadian mereka”. Manusia berjuang meraih keunggulan atau keberhasilan untuk mengganti perasaan inferior. Akan tetapi sikap juang mereka tidak ditentukan oleh kenyataan, namun oleh persepsi subjektif mereka akan kenyataan, yaitu fiksi mereka (fiksionalisme) atau harapan masa depan. Fiksionalisme merupakan fiksi individu yang paling penting untuk tujuan meraih superioritas atau keberhasilan. Tujuan yang diciptakan di awal kehidupan dan mungkin tidak dipahami dengan jelas. Tujuan akhir yang fiksionan subjektif ini menuntun gaya hidup kita dan menyatukan kepribadian kita.
Kesatuan dan Self-Consistency dari Kepribadian. Menurut Adler bahwa setiap orang itu unik dan tidak terpisahkan. Pikiran, perasaan, dan tindakan semuanya mengarah pada satu sasaran dan berfungsi untuk mencapai satu tujuan. Bahasa organ ---- organ-organ tubuh berbicara sebuah bahasa yang bisanya lebih ekspresif dan mengungkapkan pikiran seseorang dengan lebih jelas daripada yang bisa diungkapkan oleh kata-kata. Kesadaran dan ketidaksadaran. Ketidaksadaran merupakan bagian dari tujuan yang tidak dirumuskan dengan jelas atau tidak dipahami secara utuh oleh seseorang. Sedangkan kesadaran merupakan pikiran yang dipahami dan diperlakukan seseorang sebagai hal yang membantunya usaha untuk meraih keberhasilan.
Social interest (minat sosial) adalah kondisi alamiah dari manusia dan bahan perekat yang mengikat masyarakat bersama-sama. Inferioritas alamiah dari manusia menyebabkan manusia mengikatkan diri mereka bersama-sama untuk membentuk masyarakat. Tanpa perlindungan dari seorang ayah atau ibu, seorang bayi akan binasa. Dalam Psikologi Individu, minat sosial adalah suatu keharusan untuk melestarikan umat manusia.
Style of life (gaya hidup) adalah istilah yang digunakan Adler untuk menunjukkan selera hidup seseorang. Gaya hidup mencakup tujuan seseorang, konsep diri, perasaan terhadap orang lain, dan sikap terhadap dunia. Gaya hidup adalah hasil interaksi antara keturunan atau bawaan lahir, lingkungan, dan daya kreatif yang dimiliki seseorang. Manusia dengan gaya hidup yang sehat dan bermanfaat secara sosial menunjukkan minat sosial mereka melalui tindakan. Mereka aktif mencari penyelesaian dari tiga masalah utama dalam kehidupan--- kasih, cinta secara seksual, dan pekerjaan. Dan mereka melakukannya dengan kerja sama, keteguhan hati dan kerelaan untuk memberikan kontribusi pada kesejahteraan orang lain.
Creative power (daya kreatif) adalah konsep dinamis yang menggambarkan pergerakan (movement) dan pergerakan ini merupakan karakteristik hidup yang paling penting. Semua kehidupan psikis mencakup pergerakan ke tujuan. Setiap orang bertanggung jawab akan dirinya sendiri dan bagaimana mereka berperilaku. Daya kreatif yang mereka miliki membuat mereka mengendalikan kehidupan mereka sendiri, bertanggung jawab akan tujuan akhir mereka, menentukan cara yang mereka pakai untuk meraih tujuan tersebut dan berperan dalam membentuk minat sosial mereka.
Adler percaya bahwa manusia adalah gambaran dari apa yang mereka ciptakan atau mereka buat dalam hidupnya sendiri. Daya kreatif membantu manusia, sampai batasan tertentu, dengan kebebasan untuk menjadi sehat secara psikologis atau tidak sehat secara psikologis dan untuk mengikuti gaya hidup yang berguna atau tidak. Faktor internal yang menyebabkan ketidakmampuan menyesuaikan diri adalah minat sosial yang tidak berkembang dan neurotik. Faktor eksternal penyebab ketidakmampuan menyesuaikan diri yaitu: 1) kelemahan fisik yang berlebihan; 2) gaya hidup manja; 3) gaya hidup terabaikan.
5. Teori Kepribadian menurut Erikson
|
Sumber: https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Erik_Erikson_Photo2.jpg |
Lahir 15 Juni 1902, di Selatan Jerman dibesarkan oleh ibu dan ayah tirinya. Erikson tidak tahu pasti identitas ayah kandungnya. Di masa remaja akhirnya, ia pergi dari rumahnya dan hidup sebagai seniman serta penyair berkelana. Kemudian setelah 7 tahun, ia kembali ke rumahnya dalam keadaan bingung, lelah, depresi, dan tidak mampu menggambar atau melukis lagi. Tiba-tiba, ia menerima surat dari temannya yang mengundangnya untuk mengajar anak-anak di sekolah baru di Wina. Salah satu pendiri sekolah itu adalah Anna Freud. Kemudian Anna menjadi atasan sekaligus psikoanalisnya.
Selama penanganan analisisnya, ia menekankan kepada psikoanalisnya bahwa masalah tersulitnya adalah pencarian identitas ayah kandungnya.
Ia kemudian menikah dengan Joan Serson seorang penari, seniman, guru, dan psikoanalis. Mereka dianugerahi 4 orang anak (3 anak laki-laki & 1 perempuan). Satu diantara keempat anaknya lahir dengan Down Sindrome. Erikson meninggal di usia 91 tahun tepatnya pada tanggal 12 Mei 1994.
Karya-karya Erikson antara lain: Childhood & Society (1950,1963,1985), Young Man Luther (1958), Identity: Young and Crisis (1968), Gandi's Truth (1969), Dimention of a New Identity (1974), Life History and the Historical Moments (1975), Identity and the Life Cycle (1980), The Life Cycle Completed (1982), A Way of Looking at Things (1987).
Teori Erikson mengembangkan tahapan perkembangan anak-anak Freud menjadi remaja, masa dewasa, dan usia lanjut. Erikson menyatakan bahwa di tiap tahap, perjuangan psikososial spesifik memberikan kontribusi pada pembentukan kepribadian. Dari mulai remaja hingga seterusnya perjuangan tersebut berbentuk krisis identitas --- titik balik dalam hidup seseorang yang dapat memperkuat atau memperlemah kepribadiannya. Teorinya yang terkenal adalah tentang tahap perkembangan psikososial. Tabel di bawah ini menjelaskan tentang tahap perkembangan psikososial menurut Erikson.
Tahap | Konflik dasar | Peristiwa penting | Hasil |
Bayi (lahir – 18 bln) |
Kepercayaan vs ketidakpercayaan |
Makan |
Anak-anak mengembangkan rasa percaya bila orang-orang yang mengasuhnya memberikan perhatian dan kasih sayang. Ketiadaan hal tersebut akan menimbulkan ketidakpercayaan.
|
Masa kanak-kanak awal (2 – 3 thn) |
Otonomi vs rasa malu dan ragu |
Latihan ke toilet |
Anak-anak perlu mengembangkan rasa pengendalian pribadi atas keterampilan-keterampilan fisik dan rasa kemandirian. Keberhasilan tahap ini akan mendorong perasaan otonomi, kegagalan menimbulkan rasa malu dan ragu.
|
Prasekolah (3thn – 5thn) |
Inisiatif vs rasa bersalah |
Eksplorasi |
Anak-anak perlu mulai menunjukkan kendali dan kekuasaan atas lingkungan. Keberhasilan dalam tahap ini akan mendorong rasa bertujuan. Anak-anak yang berusaha menunjukkan kekuasaan berlebihan akan mengalami penolakan, yang menimbulkan rasa bersalah.
|
Usia sekolah (6thn –11 thn) |
Industri vs inferioritas |
Sekolah |
Anak-anak perlu mengatasi tuntutan-tuntutan sosial dan akademik baru. Keberhasilan memunculkan rasa berkemampuan, sedangkan kegagalan memunculkan perasaan inferioritas.
|
Masa remaja (12 – 18 thn) |
Identitas vs kebingungan peran |
Hubungan sosial |
Remaja perlu mengembangkan rasa diri dan identitas pribadi. Keberhasilan memunculkan kemampuan untuk tetap yakin pada diri sendiri, sedangkan kegagalan mengakibatkan kebingungan peran dan rasa diri yang lemah |
Masa dewasa muda (19 – 40 thn) |
Keintiman vs kesendirian |
Hubungan |
Orang dewasa muda perlu membentuk hubungan dekat dan cinta dengan orang lain. keberhasilan memunculkan hubungan kuat, sedangkan kegagalan menghasilkan kesepian dan kesendirian
|
Masa dewasa tengah (40 – 65 thn) |
Generativitas vs stagnasi |
Bekerja dan menjadi orang tua |
Orang dewasa perlu menciptakan atau memelihara hal-hal yang akan menjadi penerus hidup mereka, kerap dengan memiliki anak atau menciptakan suatu perubahan positif yang memberi manfaat bagi orang-orang lain. keberhasilan mendorong perasaan kebergunaan dan pencapaian, sedangkan kegagalan menghasilkan keterlibatan yang rendah di dunia. |
Masa dewasa akhir (65 thn – mati ) |
Integritas ego vs keputusasaan |
Refleksi atas kehidupan |
Orang dewasa akhir perlu melihat kebelakang dalam kehidupan mereka dan merasakan suatu rasa pemenuhan. Keberhasilan tahap ini mendorong perasaan arif, sedangkan kegagalan menghasilkan penyesalan, kepahitan, dan keputusasaan. |
Referensi :
Feist, Jess., & Feist, Gregory,J. 2010. Teori Kepribadian (Terjemahan). Buku 1. Jakarta: Salemba Humanika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar